“Fidelio: Beethoven soal Tapol, Bèntjong, Lesbi dan Gay” oleh Joss Wibisono

Ludwig van Beethoven: 1770-1827
Ludwig van Beethoven: 1770-1827

Tapol jang sampèk ini detik djuga misih ada di Maluku dan Papua (di sana misih zaman djahilijah orde baru, kajaknja jach), sebenernja sudah diangkat djadi thema opera oleh, siapa lagi kalow bukan, Ludwig van Beethoven [1770-1827]. Ini djelas pilihan logis satu komponist njang punja nama Beethoven kerna dia dikenal muak, sebel dan bentji terhadap tiran! Tiran bagi dia adalah penghambat kebebasan paling gedhé dan kerna itu harus terus diwaspadai, antara laen dèngen didjadiken opera itu!

Siapa lagi kalow bukan Beethoven njang ada bikin robek2 halaman depan partitur dia punja simfoni ketiga, kerna di situ tertera nama Napoléon Bonaparte. Dia memang mempersembahken simfoni Eroica ini kepada si orang kuwat Prantjis, tapi sak belonnja si orang kuwat mengangkat diri djadi kaisar. Begitu tahu dia djadi kaisar, Beethoven langsung muak pingin muntah, dan sebagai pelampiasan nama Napoléon dirobeknja dari halaman2 simfoni Eroica, karjanja.

Nah, untuk mengungkapken daripada kerinduan terhadep kebebasan, Beethoven menggubah Fidelio, satu2nja dia punja opera. Dan ini opera berkisah tentang tapol napol. Siapa sech jang paling merinduken kebebasan kalow bukan seorang tapol, atow seorang napol? Dia kan dipendjara bukan kerna perbuwatannja, tapi terutama lebih kerna pemikirannja. Itulah jang berhasil dilukisken sama Beethoven dalem satu2nja opera tjiptaannja jang berdjudul Fidelio itu.

Sampul partitur »Fidelio« satu2nja opera Beethoven
Sampul partitur »Fidelio« satu2nja opera Beethoven

Djati Klamin

Luebih menarik lagi, Fidelio sebenernja djuga berkisah tentang bèntjong! Bener suwèr! Itu lho jang sekarang disebut transgender. Bukan, bukan tjowok jang paké pakéan tjèwèk, tapi djustru sebaliknja: tjèwèk jang paké pakéan tjowok dan enggak setop di situ azha. Do’i djuga berperilaku kajak tjowok. Paling banter kajak lesbong2 deh, mereka kan kebanjakan ke-tjowok2an.

Ada sech orang jang bilang, ach Beeethoven dèngen dia punja Fidelio djuga enggak hebat2lah. Kan peran transgender udah lama ada dalem dunia opera? Wah, jang ngomong kajak gitu djelas enggak mendalemi Fidelio dan djuga enggak terlalu paham dunia opera.

Jang ada dalem dunia opera itu prampuwan jang pigang peran sebagai laki2. Dalam bahasa Duits itu disebutnja hosenrolle, ertinja prampuwan paké tjelana. Dan dia memang trus djadi laki2 dalem sekudjurnja itu opera. Tapi dalem Fidelionja Beethoven, sak benernja jang pigang peran Fidelio itu adalah prampuwan, prampuwan jang menjaru sebagé lelaki. Kerna sakbenernja dia tetep prampuwan dalem itu opera. Dia mesti menjaru sebagai lelaki untuk tjari tahu di mana dia punja swamie. Dan swamienja Fidelio itulah jang djadi tapol, aslinja Fidelio itu adalah Leonore. Dia punja swamie jang tapol namanja Florestan.

Tapi gara2 djati klamin jang enggak djelas en tegas itu, banjak kalangan hombreng dan lesbong djadi demen banget sama Fidelio. Kenapa enggak? Di bagian depan azha udah ada adegan lesbian, kerna Marzelline jang tjentil merasa tertarik sama Fidelio jang sak benernja adalah Leonore. Udah gitu di bagian achir pas Fidelio (Leonore jang menjaru) ketemu Florestan dan ber-peluk2an serta ber-tjium2an (kerna sak benernja mereka ada sepasang swamie sama istrie) ada tersirat gambar dua tjowok jang lagi ber-mesra2an. Di sini kaum hombreng seneng banget. Djadi baik kalangan lesbian maupun hombreng ada rasa terwakilken di atas pentas panggung liwat ini opera Fidelio tjiptaannja Beethoven. Kan gak biasa2nja mereka dapet perlakuwan chusus gitu.

Keindahan Surgawi

Ajo liak2 opera Fidelio ini. Mau, kan? Di sini bisa diliak duwa petilan Fidelio dari Youtube. Jang pigang peran adalah penjanji opera top pada kita punja zaman, itulah Jonas Kaufmann, penjanji tenor nan rupawan dari Duitsland. Dia pigang peran Florestan. Lalu misih ada satu lagi soprano Djerman pula, dia punja nama Anja Kempe, dia pigang peran sebagai Fidelio jang sak benernja adalah Leonore.

Jonas Kaufmann sebagai Florestan dengen tangan teriket
Jonas Kaufmann sebagai Florestan dengen tangan teriket

Petilan jang pertama adalah aria (njanji tunggal) Fidelio dalem dia punja sel. Ini aria punja  djudul O Gott Welch dunkel hier (Tuhan, betapa gulita di sini). Dalem ini aria Beethoven sangat berhasil kasih gambaran kedjiwaan seorang tapol jang dikurung dalem sel gelap, pengap, dingin tak ada udara apalagi tjahaja luwar.

Ini aria ada tiga bagian. Bagian pertama ada kasih keluhan si Florestan. Kemudian bagian kedua dia ada tjerita kenapa dia achirnja dipendjara, itulah kerna dia ada beda pendapet sama orang jang punja kuwasa. Lalu misih ada bagian ketiga, ketika dia djadi ilang ingetan. Bisa dibilang dia rada gila dan kenthir. Dalem dia punja utek muntjul banjak gambaran, antara laen gambaran Leonore, istrienja jang dateng, dan seterusnja.

Menariknja, pada ini bagian Beethoven punja musik djadi girang ria, tapi girang ria jang dihambat sama suara hoboe, djadi kegirangan jang enggak bener2 girang. Suara intrumen hoboe jang berduet sama njanjian Florestan se-olah2 ada kasih hambatan, ada kasih batesan. Kerna apa? Hoboe itu punja warna swara jang me-rèngèk2. Mana mungkin orang bebas, tapi terus merèngèk, kan? Pada bagian ini tekst librettonja kajak ini:

Und spür’ ich nicht linde, sanft säuselnde Luft?
Und ist nicht mein Grab mir erhellet?
Ich seh’, wie ein Engel im rosigen Duft
Sich tröstend zur Seite mir stellet,
Ein Engel, Leonoren, der Gattin, so gleich,
Der führt mich zur Freiheit ins himmlische Reich.

Artinja:

Adakah kurasa hembusan lembut udara hangat
Dan terang menimpa liang kuburku
Tampak kulihat malaikat berharum mawar
Menghiburku dari samping
Malaikat, mirip Leonore istriku
Menuntunku menudju kebebasan pada keindahan surgawi

Di bagian achir aria tadi, Florestan ditampilken sudah kehilangan ingetan. Dia sudah miring. Siksaan dan tjobaan2 laen telah kasih mati dia punja akal waras. Itulah nasib seorang tapol jang, seperti tadi udah ditulis, sampek ini detik misih ada djuga di Maluku sama Papua.

Tjuplikan keduwa (harep dua kata tadi diklik jach) bisa dilihat produksi opera ini setjara keseluruhan. Ini pentasnja bulan lalu, Djuli 2011, di Bayerische Staatsoper di München, Djerman selatan. Lumajan njèntrik dan moderen sech, produksinja.

Pentas Fidelio di National Theater München, Djuli 2011
Pentas Fidelio di National Theater München, Djuli 2011

Djadi kita memang enggak diperhadapken pada sel jang bener2 gelap, dan tahanan jang pakèk diborgol kakinja. Tapi gagasan pembatesan kebebasan jach kelihatan bener kok. Selamet menglihat Fidelio ini, semoga semangkin bisa apresiatif sama opera.

Satu pemikiran pada ““Fidelio: Beethoven soal Tapol, Bèntjong, Lesbi dan Gay” oleh Joss Wibisono

  1. ini tulisan kok bagus ya, bikin aku tertarik dan nge-klik trailer yang indah itu. aku suka sekali sama panggung sama lampunya. makasih ya 🙂

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.