Tentang ini situs


Dalem ini situs bernongolanlah prosa (non-fiksi maupun fiksi) tambah satu puisi jang ditulis oleh Joss Wibisono. Prosa2 itu kebanjakan memang sudah pernah dimuwat dalam pelbagai media massa, tetapi jang ditongolken di sini adalah versi asli jang biasanja lebih pandjang dan karena itu diharapken djuga lebih gampang dimengerti oleh pembatja, maklum alur tulisan2 ini misih utuh, mingsih blom di-potong2 oleh redaktur medium massa tertentu.

Media mutachir seperti internet memang punja kelebihan dari media massa biasa jang kebanjakan media tjitak. Kelebihan pertama adalah tidak dibatesin oleh ruangan, berapapun pandjangnja sebuwah tulisan selalu dia bisa ditongolken di internet, djadi termasuk situs web djuga. Kelebihan kedua ialah kemungkinan untuk menampilkan sebuah prosa setjara multi media, artinja mengkaitkannja dengan tautan internet lain, baik itu tulisan, gambar, gambar bergerak atow suara. Dan sedjauh memungkinken, dalem arti tekniknja dikuwasai oleh pengelola, maka itu akan dilakuken di sini.

Terus soal edjaan. Joss Wibisono menjataken dia paling sreg menulis dalem edjaan Suwandi jang berlaku dari tahun 1947 sampai tahun 1972. Alasannja sederhana sadja: dia beladjar batja tulis dalem ini edjaan dan itu terdjadi pada paruh keduwa tahun 1960an. Zaman sekarang orang sudah engga bisa lagi kasih beda edjaan Suwandi dari edjaan Van Ophuysen, jang terachir ini jang paké oe oe itu. Oe sudah ditinggalken oleh edjaan Suwandi jang menolak edjaan kolonial. Djadi edjaan Suwandi engga paké oe oe gitu.

Alesan laen kenapa untuk ini situs dipilih edjaan Suwandi adalah alesan pulitik. Joss Wibisono ada tjuriga dulu EYD (Ejaan Yang Disempurnaken) diberlakukan oleh orde baunja engkong harto supaja, antara laen, generasi muda engga dojan lagi batja buku dan sumber tertulis lain jang tidak ditulis dalam EYD. Adalah honggiam atawa gawat belaka kalow sampé generasi muda itu melèk sedjarah, kerna mereka djuga akan melihat bahwa apa jang dilakuken sama engkong harto ternjata tida banjak bedanja bahkan djuwauh lebih buruk ketimbang apa jang pernah dilakukan oleh Londo pendjadjah. Maka dari itu, generasi muda harus dibuwat buta sedjarah, supaja keburukan si engkong engga terbongkar. Dan ini memang terbukti benar, generasi jang dibesarkan dengan EYD sudah engga dojan lagi batja buku atow sumber tertulis laen jang ditulis dalem non-EYD.

Itu artinja, begitu pikiran Joss Wibisono lebih landjut, tudjuan EYD memang menutup pintu gerbang sedjarah dari pemilik sedjarah itu sendiri. Generasi muda Indonesia produk orde bau menderita apa jang oleh Indonesianis senior mendiang Benedict Richard O’Gorman Anderson disebut “historical lobotomy” alias pikiran jang buntet sedjarah. Mereka bukan sadja engga dojan sedjarah, mereka djuga tida mampu batja bahan2 jang punja nilai sedjarah. Ini maksudnja tentu sadja batjaan2 lama jang tida ditulis dalam EYD.

Nah untuk melawan ini semuwa, Joss Wibisono sebisa mungkin menggunaken daripada edjaan Suwandi. Dan ini situs dianggep oleh Joss sebagai kesempatan emas untuk melampiaskan hasratnja meng-indjek2 EYD dengen tjara menggunaken daripada edjaan Suwandi.

Pendjelasan laen soal mengapa Joss Wibisono memilih edjaan Suwandi ketimbang EYD, bisa dibatja pada sebuwah surat elektronik jang pernah ditulisnja. Silahken klik ini.

9 pemikiran pada “Tentang ini situs

  1. Sedikitnya komentar untuk tulisan-tulisan di blog ini bisa jadi merupakan salah satu bukti betapa sedikitnya pengguna internet Indonesia yg masih mengerti ejaan Suwandi :). Apakah tidak ada studi mendalam mengapa ejaan Suwandi sampai harus diubah menjadi EYD? Terima kasih Pak Joss untuk pemikiran-pemikirannya yang mencerahkan.

    1. Wah, makasech jang banjak reaksinja jach Mas Budhi. Djuga makasech untuk istilah mentjerahken jang digunaken untuk menjebut tulisan2nja aku. Tapi kajaknja indikator pengundjung enggak bisa tjuman dilihat dari djumblahnja reaksi. Sebagai pemilik blog wordpress Andanja kan djuga tahu ada statistik djumblah pengundjung dan kalow menurut aku engga mengetjewaken kok. Sebulan bisa di atas 500 klik.

      Terus soal perubahan Edjaan Suwandi mendjadi EYD sak benernja memang sudah ada jang menulis, beberapa orang. Tapi engga komplit memang, sepotong2 azha. Pigimanah kalow anda mentjoba mbikin studi kajak gitu?

  2. Saja termasuk generasi produk orbau jang insaf. Tertjerahken karena tulisan di ini blog. Dan sjukur saja masih bisa batja edjaan Suwandi dengan njaman. Terima kasih Pak Joss 🙂

  3. Saja ikutan mempopulerken daripada edjaan Suwandi, kenak virusnya pak Joss Wibisono, ndak papah jah pak.. Inget saat SMP ketika mendapet peladjaran bahasa Indonesia perbedaan edjaan Suwandi dan EYD. Hmm.. saja kok seneng ja dengan ketjurigaan pak Joss tentang EYD itu. Baru sekarang sich saja turut serta mentjurigai EYD. Masuk akal djuga. Buktinja saja punja bukunja Pak Tjokroaminoto, tapi kerana menggunaken “bahasa Indonesia kuno”, jadi agak malas batjanja. Mana kertasnja burem kuning lagi… Semuga menambahi semangat “generasi mertanggung” (generasi peralihan) macam saja.. hehe… Matur nuwun.

  4. Jth. Bung Joss Wibisono
    Saja berterimakasih banjak atas pentjerahannja. Dengan komentar2 dari para pengundjung jang djuga tertjerahken dengan tulisan2 Bung Joss, chususnja mengenai pulitik bahasanja orba, saja makin mentjintai bahasa indonesia jang asli, jang dibikin per-tama2 oleh orang indonesia, sesudah menjatakan kemerdekaan.

    Saluir dan salam sahabat saja, chususnja buwat Bung Joss di sebrang lautan…..

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.