“30 tahun bobolnja tembok Berlin” oleh Joss Wibisono

Ini hari, 9 november 2019, tepat 30 tahun silam tembok Berlin bobol. Aku sempat menjaksiken peristiwa bersedjarah ini dengen mata kepala sendiri. Tapi sebelum nulis lebih landjut perlu ditegeskan bahwa aku tidak berada di Berlin tepat pada tanggal 9 november 1989 itu. Aku baru ke sana 10 hari sesudahnja, tepatnja tanggal 18 november 1989, seperti bisa dilihat pada visa DDR (Djerman Timur) jang itu wektu aku peroleh dan tertera pada salah satu paspor lamaku. Tapi tidak ke Berlin azha, 30 tahun silam aku djuga ke Leipzig. Tentu azha aku mengirim laporan untuk Radio Nederland, tempatku bekerdja waktu itu, sebagai repoter … Lanjutkan membaca “30 tahun bobolnja tembok Berlin” oleh Joss Wibisono

“Ich bin parteilos” oleh Joss Wibisono

Ini tulisan lama. Hasil reportase pertamaku ke luwar negeri. Dalam hal ini ke Leipzig di Djerman Timur, dua minggu setelah Tembok Berlin bobol, November 1989. Diumumkan oleh Madjalah Editor, No. 13/Thn. III/2 Desember 1989, halaman 89-90 Leipzig, kota industri, pusat perlawanan kaum pembangkang, tak pernah sepi dari demonstrasi. Leipzig, Djerman Timur, 21 November 1989. Pedagang kristal Walter Dreyers tampak ter-buru2 melajani pengundjung tokonja. Di seberang toko itu, lontjeng Geredja Thomas –tempat komponis Johann Sebastian Bach 200 tahun silam mementaskan karja2nja–  berdentang empat kali. Mengapa ter-buru2 tutup? Pak tua itu mendjawab singkat, “Demo!” Leipzig, tak pelak lagi, merupakan pusat perlawanan rakjat … Lanjutkan membaca “Ich bin parteilos” oleh Joss Wibisono