“Bagaimana mesti menamai negara dan wilajah asing?” oleh Joss Wibisono

Ini adalah pengembangan salah satu kolom bahasa jang pernah dimuat oleh mingguan Tempo. Bahasa Indonesia memiliki pelbagai tjara untuk menamai negara2 lain atau wilajah2 luar negeri, tidak ada satu tjara jang tegas dan menjeluruh. Di antara pelbagai tjara itu ternjata ada dua kutub jang berlawanan: pertama, dengan penuh kebanggaan menamai negara lain dan wilajah luar negeri sesuai bahasa kita sendiri. Kedua, abai, malas dan tanpa kebanggaan, bisanja tjuma membebek tjara penamaan bahasa lain, terutama bahasa Inggris. Ini bukan tjuman kelakuan orang di djedjaring sosial; koran dengan tiras tebesar, bahkan Kamus Besar Bahasa Indonesiapun melakukan perbuatan tertjela itu. Di antara dua … Lanjutkan membaca “Bagaimana mesti menamai negara dan wilajah asing?” oleh Joss Wibisono

“Nasionalisme: Kini Giliran Bahasa” oleh Joss Wibisono

Catatan awal: versi EYD kolom ini jang lebih pendekan telah diumumkan oleh MBM Tempo edisi 7 Desember 2009, halaman 68. Bisa diklik di sini. Blog Ivan Lanin djuga mengumumkannja. Vienna atau Wina? Geneva atau Djenewa? Cheska atau Tjeko? China atau Tjina? Selama dua versi itu terus digunakan, diskusi mengenai nama2 asing ini tidak akan pernah selesai. Uraian berikut datang dengan sudut pandang jang agaknja belum pernah digunakan. Itulah nasionalisme. Nasionalisme bahasa, persisnja. Dengan katjamata nasionalisme bahasa, maka pertanjaannja mendjadi: kalau kita sudah punja Wina kenapa harus Vienna? Kalau kita sudah punja Djenewa buat apa Geneva? Kalau kita sudah punja Tjina … Lanjutkan membaca “Nasionalisme: Kini Giliran Bahasa” oleh Joss Wibisono