“Menghidupkan Belanda” oleh Joss Wibisono

Sebagian besar, kalau tidak semua tokoh dalam tjerpen2 jang terhimpun pada kumpulan berdjudul Teh dan pengchianat ini adalah orang2 Belanda. Tentu sadja Belanda berpendirian madju dan progresif jang bersimpati dengan nasib inlanders terdjadjah. Inilah keistimewaan Iksaka Banu, penulisnja. Keistimewaan ini penting bagi kita jang selalu mengira bahwa dulu itu semua orang Belanda adalah pendjadjah jang berperangai buruk. Bukan itu sadja. Dengan tokoh2 seperti Hendriek Cornelis Adam, Jan van de Vlek atau Simon Vastgebonden, Banu djuga tampil istimewa di hadapan penulis2 Belanda zaman sekarang. Walaupun Multatuli sudah mentjiptakan Saïdjah dan Adinda dalam novel »Max Havelaar« (1860), sajangnja para penerus tokoh penting … Lanjutkan membaca “Menghidupkan Belanda” oleh Joss Wibisono

“Sindrom Stendhal dan para penulis kita” oleh Joss Wibisono

Penulis Prantjis Stendhal bukan hanja terkenal berkat karja2 sastranja, tetapi terutama lantaran apa jang disebut sindrom Stendhal. Sindrom aneh inilah jang menjebabkan nama Stendhal melesat ke luar negeri, tidak melulu di Prantjis belaka. Bahkan di luwar Prantjis orang lebih mengenal nama Stendhal djikalau dikaitkan dengan gangguan kesehatan itu, katimbang dengan karja2 sastranja. Lebih dari itu, gara2 nom de plûme alias nama pena Stendhal orang djuga tidak terlalu tahu nama asli penulis ini, itulah Marie-Henri Beyle jang hidup antara 1783 sampai 1842. Alkisah pada suatu waktu monsieur Marie-Henri Beyle, si Stendhal itu, melangsungkan perlawatan ke Italia. Ia mengundjungi tiga kota masing2 … Lanjutkan membaca “Sindrom Stendhal dan para penulis kita” oleh Joss Wibisono

“Bukan Belanda Sontolojo (Tjorat-tjoret setelah batja ‘Semua untuk Hindia’)” Oleh Joss Wibisono

Ini resensi fiksi keduwa jang pernah kubikin, sekaligus ini adalah versi keduwa resensi keduwa ini. Versi pertama nongolnja di Tempo. Lantaran buku Iksaka Banu ini begitu menarik dan mingsih ada azha gagasan jang bernongolan, maka aku nulis versi kedua jang nongolnja di Majalah Loka. Berikut ini versi jang sedikit lain, lantaran tida dalem EYD. SEDJARAH INDONESIA SEBAGAI FIKSI: selain Pramoedya Ananta Toer, tidak banjak jang bernjali melakukannja. Salah satu penulis jang sedikit itu adalah Iksaka Banu. Dalam buku pertamanja, kumpulan tjerita pendek berdjudul Semua untuk Hindia Banu menggubah fiksi jang berisi kisah2 mulai dari kedatangan Cornelis de Houtman di kepulauan … Lanjutkan membaca “Bukan Belanda Sontolojo (Tjorat-tjoret setelah batja ‘Semua untuk Hindia’)” Oleh Joss Wibisono