“Politik bahasa kolonial dan lahirnja bahasa nasional Indonesia” oleh Joss Wibisono

Pada setiap peringatan Hari Soempah Pemoeda tanggal 28 Oktober, orang Indonesia selalu diingatkan betapa herois dan nasionalistis para pemoeda dulu tatkala mereka bersumpah untuk—selain bertanah air dan berbangsa satu— terutama djuga berbahasa nasional satu: bahasa Indonesia. Heroisme matjem ini, membuwat kita buta pada politik bahasa penguasa kolonial Belanda. Londo dulu sebenarnja memang tidak pernah berminat untuk membuat segenap warga Hindia fasih berbahasa mereka. Londo kolonial itu membiarkan sadja kita berbahasa Melajoe, tjikal bakal bahasa Indonesia sekarang. Politik bahasa kolonial inilah jang harus djuga kita pahami, sebelum terus2an membanggakan bahasa nasional kita. Klow berminat, silahken menjimak tulisan jang versi bahasa Prantjisnja … Lanjutkan membaca “Politik bahasa kolonial dan lahirnja bahasa nasional Indonesia” oleh Joss Wibisono

“Saling serap Indonesia Belanda” oleh Joss Wibisono

Catatan awal: pelbagai tulisan yang menguraikan serapan kata-kata Belanda ke dalam bahasa Indonesia selalu bersikap sepihak: tidak menguraikan bahwa bahasa Indonesia (mereka sebut het Maleis, bahasa Melajoe) sebenarnya juga diserap oleh bahasa Belanda. Inilah yang dicoba diuraikan dalam esei berikut. Serapan itu biasanya memang selalu dua pihak. Versi sedikit lain tulisan ini pernah terbit di Tempo. Partai politik pertama di Nusantara adalah Indische Partij jang pada tahun 1911, di Bandung, didirikan oleh Ernest Douwes-Dekker (Setiabudi Danudirdja), Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Suryaningrat. Kata bahasa Belanda partij selandjutnja kita serap ke dalam bahasa Indonesia mendjadi partai. Karena itu sekarang ada Partai Keadilan … Lanjutkan membaca “Saling serap Indonesia Belanda” oleh Joss Wibisono

“Politik Bahasa dan Mentalitas VOC” oleh Joss Wibisono

Versi lain esei ini pernah terbit di Mingguan Tempo Edisi 23 Djanuari 2012. Djuga diambiil alih oleh blog rubrik bahasa milik Ivan Lanin Serasa ada sesuatu jang terlewat pada setiap bulan bahasa, sebagai bagian ritual mengenang heroiknja Soempah Pemoeda. Itulah mengadjukan dan berupaja mentjari djawaban terhadap sebuah pertanjaan jang tidak kalah pentingnja: mengapa pendjadjah Belanda dulu tidak mewadjibkan kita berbahasa mereka? Bukankah di Filipina Spanjol memberlakukan bahasa mereka, seperti djuga Portugal di Timor Lorosa’e dan Prantjis di Indochine, sekarang Vietnam, Kambodja dan Laos? Kekuatan kolonial Eropa jaitu Inggris, Prantjis, Spanjol dan Portugal memang selalu membuat wilajah djadjahan mereka djuga berbahasa … Lanjutkan membaca “Politik Bahasa dan Mentalitas VOC” oleh Joss Wibisono