“Menghidupkan Belanda” oleh Joss Wibisono

Sebagian besar, kalau tidak semua tokoh dalam tjerpen2 jang terhimpun pada kumpulan berdjudul Teh dan pengchianat ini adalah orang2 Belanda. Tentu sadja Belanda berpendirian madju dan progresif jang bersimpati dengan nasib inlanders terdjadjah. Inilah keistimewaan Iksaka Banu, penulisnja. Keistimewaan ini penting bagi kita jang selalu mengira bahwa dulu itu semua orang Belanda adalah pendjadjah jang berperangai buruk. Bukan itu sadja. Dengan tokoh2 seperti Hendriek Cornelis Adam, Jan van de Vlek atau Simon Vastgebonden, Banu djuga tampil istimewa di hadapan penulis2 Belanda zaman sekarang. Walaupun Multatuli sudah mentjiptakan Saïdjah dan Adinda dalam novel »Max Havelaar« (1860), sajangnja para penerus tokoh penting … Lanjutkan membaca “Menghidupkan Belanda” oleh Joss Wibisono

“Dari Salatiga ke Amsterdam: perdjalanan sastra Joss Wibisono” oleh Ibarruri Sudharsono

Rumah tusuk sate di Amsterdam selatan merupakan djudul sebuah buku ukuran saku (149 halaman) jang ditulis oleh Joss Wibisono dan diterbitkan oleh Penerbit OAK, Djogjakarta. Buku tersebut berisi lima tjerpen jang ditulis dalam kurun waktu antara djuni 2011 – djanuari 2017 dan pernah diterbitkan di suratkabar Suara Merdeka (2012), Koran Tempo (2016), atau diumumkan oleh LKIP – Lembaga Kebudajaan Indo Progress (2013, 2014). Teman2 Joss kemudian mengandjurkan agar tjerpen2nja dibukukan. Joss setudju dan menjerahkan enam tulisan, tapi rupanja jang diambil hanja lima, dan jang satu, jang agak pandjang, diterbitkan terpisah sebagai novel pendek atau tjerita pandjang dengan djudul Nai Kai: … Lanjutkan membaca “Dari Salatiga ke Amsterdam: perdjalanan sastra Joss Wibisono” oleh Ibarruri Sudharsono

“Kura2 sungai Kamo” fiksi oleh Joss Wibisono

Kalow pingin batja versi EYD silahken klik ini. Tapi di situ ada satu salah tjetak fatal jang membuwat isi tjerita gak djelas. Dan, di situ ikke ada paké nama pena. Pernahkah terselip keinginan pada diri kita, betapapun ketjilnja, untuk kembali ke masa lampau, menghidupinja lagi seperti masa kini? Tanpa kita sadari itulah jang sebenarnja terdjadi ketika kita melangkah masuk dunia maya. Itulah salah satu esensi Facebook jang sekarang njaris dimiliki siapa sadja asal dia tidak buta internet. Bukankah djedjaring sosial ini mempertemukan kembali para pelaku masa lampau? Selain teman masa kini dan teman jang belum pernah ditemui, seorang pemilik profil … Lanjutkan membaca “Kura2 sungai Kamo” fiksi oleh Joss Wibisono