“Enaknja jang mana: pilkada atau pemilukada?” oleh Joss Wibisono

Versi sedikit lain dan dalem EYD alias edjaan orde bau bisa dibatja klow mengklik ini Dulu —tatkala DPR meloloskan UU pemilihan kepala daerah tak langsung— orang sudah memperbintjangkannja. Sekarang —mendjelang serempak berlangsungnja pemilihan kepala daerah— lagi2 perbintjangan itu kembali terdengar. Dulu itu orang tidak hanja membahas apakah pemilihan kepala daerah sebaiknja dilakukan langsung oleh warga daerah atau pemilihan tidak langsung jang, atas nama rakjat daerah, didjalankan oleh dewan perwakilan rakjat daerah tertentu. Sekarang orang tidak hanja membitjarakan pelbagai politisi jang mentjalonkan diri pada pemilihan kepala daerah jang akan digelar serempak pada beberapa daerah. Bersamaan dengan itu baik sekarang maupun dulu … Lanjutkan membaca “Enaknja jang mana: pilkada atau pemilukada?” oleh Joss Wibisono

“Budaja takut kembali mentjekam Indonesia” oleh koresponden Michel Maas

Ini terdjemahan wasweswos laporan Michel Maas jang pada hari senin 26 oktober 2015, terbit di harian de Volkskrant, halaman 15. Pembunuhan massal orang2 komunis di Indonesia terdjadi 50 tahun silam. Tapi berbitjara dju2r tentang ‘1965’ te2p tidak mungkin. Lebih2 lagi: sensor sekarang kembali beroperasi sepenuhnja. Mendadak sontak sensor kembali sepenuhnja hadir di Indonesia. Hanja menjebut tahun 1965 sadja orang sudah bakal kena masalah. “Sepertinja sensor kembali mendjadi mode dari hari ini ke besoknja,” keluh seorang direktur sebuah festival sastra jang begitu kaget lantaran kundjungan polisi. Pada sebagian atjaranja, festival jang dibuka rebo mendateng ini sedianja djuga akan membahas pembunuhan massal … Lanjutkan membaca “Budaja takut kembali mentjekam Indonesia” oleh koresponden Michel Maas

“Memahamin foto2 exekusi jang ditemuken di Gouda” oleh Joss Wibisono

Versi jang sedikit laen dan dalem EYD bisa dibatja dengen mengklik ini. Berita dan foto di harian de Volkskrant edisi Djumat 16 Oktober 2015 tentang eksekusi di Indonesia pada zaman perang kemerdekaan dulu, diteruskan oleh televisi dan radio Belanda jang lebih landjut mengupas foto2 itu. Memang hanja foto dan slides jang ditemukan di Verzetsmuseum (Museum Perlawanan) Gouda, pendjelasannja tidak ada. Kepada NPO-Radio 1, radio publik Londo, sedjarawan Louis Zweers, spesialis foto2 dekolonisasi Indonesia, menjatakan bahwa penemuan terachir ini tidak menjertakan konteksnja. Itu berarti, demikian Zweers, tidak ada informasi mengenai di mana, kapan, siapa dan apa jang sebenarnja terdjadi. Padahal informasi … Lanjutkan membaca “Memahamin foto2 exekusi jang ditemuken di Gouda” oleh Joss Wibisono

“Pahlawankanlah Munir” oleh Joss Wibisono

Ini mingsih rantjangan, klow ada wektu akan tak garap lebih landjut Pada tanggal 30 November 2004, de Tweede Kamer jaitu parlemen Belanda mengadakan debat tetang kematian aktivis hak2 asasi manusia Indonesia Munir. Dua bulan sebelumnja, pada 7 September 2004 (hari ini tepat 11 tahun lalu), Munir ditemukan tewas dalam pesawat Garuda jang menerbangkannja dari Djakarta. Dalam debat parlemen itu dibahas pelbagai hal, misalnja laporan NFI (Institut Forensik Nederland) jang menegaskan bahwa Munir tentang telah kena ratjun arsenikum (warangan bahasa Djawanja); tentang mengapa laporan NFI itu tidak ditundjukken kepada Suciwati; tentang perlunja perlindungan untuk Suciwati dan pegiat hak2 asasi manusia Indonesia … Lanjutkan membaca “Pahlawankanlah Munir” oleh Joss Wibisono

“Belanda dan masa lampau kolonialnja, kita?” oleh Joss Wibisono

Kalow mau batja versi edjaan orde bau, silahken ngeklik ini. Tudjuh puluh tahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda si bekas pendjadjah masih sadja dihantui oleh masa lampau kolonial itu. Lalu apa jang harus dilakukan Indonesia? Diam dan mengamati sadja setiap ada ribut2 di bekas negeri induk? Jakinkah orang Indonesia bahwa dia tidak membebek Belanda: melakukan pelanggaran hak2 asasi manusia besar2an di negeri lain? Beberapa hari mendjelang peringatan 70 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, persisnja pada hari Djumat 14 Agustus lalu, NRC Handelsblad —harian sore Belanda terbitan Amsterdam— datang dengan berita kedjutan. Gebrakan ini berdampak ribut2 dalam pers Belanda dan terus terbawa … Lanjutkan membaca “Belanda dan masa lampau kolonialnja, kita?” oleh Joss Wibisono

“Perbudakan di Hindia dan surat terbuka Reggie Baay”

Klow mau batja versi edjaan orde bau, silahken ngeklik ini. Pengantar: Setiap tanggal 1 Djuli setjara nasional Belanda mengenang penghapusan perbudakan di wilajah koloninja. Sedjak 2002 peringatan itu berlangsung di Oosterpark Amsterdam, persisnja di Nationaal monument slavernijverleden (Monumen nasional masa lampau perbudakan). Walau begitu, menurut Reggie Baay pada surat terbukanja berikut, pada tanggal itu sebenarnja hanja sebagian penghapusan perbudakan jang diperingati. Maret 2015 sedjarawan dan novelis Belanda Reggie Baay menerbitkan buku tentang perbudakan di Hindia Belanda berdjudul Daar werd wat gruwelijks verricht, slavernij in Nederlands-Indië (Di sana dilakukan sesuatu jang mengerikan: perbudakan di Hindia Belanda). Dalam buku terbarunja ini Reggie … Lanjutkan membaca “Perbudakan di Hindia dan surat terbuka Reggie Baay”

“Victim’s Plight, Perpetrator’s Absence” by Joss Wibisono

Other version of this review has appeared on Social Transformation Vol 3, No. 1 (pp 86-8) Fifteen years after the fall of Soeharto, the age of Reformasi, as it is popularly known, has finally reached the Indonesian literary scene. Not only is a novel published with its complete original content (which was omitted during Soeharto’s New Order regime), but Indonesian readers also have a choice in which literature they read. Many of these “new” novels deal with the tragedy in 1965 when up to one million people were slaughtered, marking Soeharto’s ascent to power. Indeed, literature is now finally taking … Lanjutkan membaca “Victim’s Plight, Perpetrator’s Absence” by Joss Wibisono

“Titik buta nobel sastra” oleh Joss Wibisono

Untuk tahun 2013 (tatkala artikel ini ditulis) hadiah Nobel Kesusastraan diraih oleh tjerpenis Kanada Alice Munro. Lagi2 bukan penulis Asia Tenggara, seperti telah tak tulis di Tempo edisi 7-13 Oktober 2013 (halaman 74). Ini hlo versi usil kolomku itu. Sebagai pembuka, berikut dua dalil. Pertama, hadiah Nobel Kesusastraan sesungguhnja djuga erat berkaitan dengan bahasa, djadi bukan melulu sastra, seperti dugaan orang selama ini. Mustahil bahasa bisa kita tanggalkan dari karja sastra, keindahannja tak akan pernah bisa terungkap lewat medium lain ketjuali bahasa. Kedua, zaman sekarang djuga mustahil menjebut satu bahasa lebih indah ketimbang bahasa lain. Karena itu hadiah Nobel Kesusastraan … Lanjutkan membaca “Titik buta nobel sastra” oleh Joss Wibisono

“Djilbab handuk saat makan malem di Kyoto” oleh Joss Wibisono

Di Djepun ternjata orang bisa makan beberapa gangen (hidangan) pada beberapa restoran. Djadi voorafje (hidangan pembuka) di restoran A, hoofdgerecht (hidangan utama) restoran B, dan toetje (hidangan penutup) di restoran C. Kajaknja di Belanda enggak ada deh jang berbuwat gitu. Paling banter mungkin tjuman mendjeladjah bar jang artinja minum dari satu bar ke bar jang laen, ambil mitsal di Leidseplein, Ngamsterdam. Dalem soal makanan orang Belanda kajaknja enggak seavonturir orang Djepun jang dojan djadjan dari satu restoran ke restoran laen dalem satu malemnja. Bekitjot Kemis malem di awal bulan Djuni 2011 itu ikke diundang sama Okamoto-sensei, counterpartnja ikke, untuk makan … Lanjutkan membaca “Djilbab handuk saat makan malem di Kyoto” oleh Joss Wibisono

“Retour: sebuah novel djawaban” oleh Joss Wibisono

Versi EYD terbitnja di Suara Merdeka edisi 11 Djanuari halaman 23 Pulang karja Leila Chudori diterdjemahkan ke dalam bahasa Prantjis. Maka inilah djawaban seorang novelis Indonesia kepada seorang penulis Prantjis jang pernah menulis novel tentang Djawa. PADA TAHUN 1832 terbit sebuah novel berdjudul Voyage de Paris à Java (Perdjalanan dari Paris ke Djawa) karja penulis Prantjis Honoré de Balzac. Walaupun dikenal sebagai penulis realis, Balzac sebenarnja belum pernah melawat ke Djawa. Novel itu se-mata2 fantasinja belaka tentang sebuah wilajah eksotis di belahan bumi lain. Balzac misalnja mentjatat bahwa di Djawa tumbuh pohon beratjun upa jang bisa menewaskan siapa sadja jang … Lanjutkan membaca “Retour: sebuah novel djawaban” oleh Joss Wibisono